Rabu, 07 September 2011

Orang(ter)Tua


Mungkin karena mereka merasa orang(ter)tua, itu sebabnya mereka hanya suka menerka. Sudah tua, pikirannya suka kemana-mana Sibuk yang tak terkira, tentunya. Wajahnya mulai melebar bermata agak membesar. Matanya melebar agak 'sedikit' kaget melihat perubahan jaman dan ternyata yang ada hanyalah terlihat para tuna asusila. Dia pikir aku dungu, padahal aku hanya pura-pura tuna rungu. Bukan aku bengal, aku hanya bosan mendengar.


Mereka terbiasa dengan berbagai sindiran dan aku tetap biasa tak berubah kesan. Si ibu yang suka berlebihan bercerita tentang suami yang suka main perempuan. Lalu sang suami pun bilang, "aku hanya ingin memilikimu seorang". Tapi si ibu mulai bingung. Linglung. Langkahnya lambat tapi tak terasa mantap. Ibu hanya mulai menitikkan airmata yang mulai mengucur dari dalam mata. Sedangkan ibu terus meminta ku sebagai pembela agar dia bisa tertawa lega. Lantas aku melihat ayah, dia lagi-lagi merayu gadis desa disebrang sana. Lewat sms yang isinya membuat cemas. Aku mulai memejam mata, membisiki udara dengan doa 'semoga baik-baik saja'. Kini aku pegang rahasia yang tak ternilai harganya. Ini tentang mereka yang sedang bermain sandiwara. Duduk menunggu. Habis. Ragu. Aku muak dengan semua itu.

Bapak hanya dibayar dengan tempe asin yang ditukar lima ribu rupiah lecek. Bapak sering mengalami masa pubertas berkali-kali. Bahkan bapak sering meng-ejakulasi dengan berbagai misi. Sempat aku melihat di terminal bapak janjian dengan wanita binal. Dia pikir aku hanya mereka-reka, padahal aku hanya berpura-pura menjadi tuna netra. Aku merasa diguncang dengan keras setelah menatapnya. 

Ibu dirumah, terus-terusan marah. Dia bilang "Keparat, Bangsat, Pengkhianat". Aku tetap saja berdiri menyaksikannya didekat jendela. Dia mulai gusar. Mencium seonggok buaya yang mulai gentanyangan malam-malam. Malah kini ibu mulai berereksi, ini bukan sekadar aksi. Hanya mulai merefleksikan diri dalam segala macam prediksi. Perempuan hebat yang pernah aku kenal, tak ada kesabaran yang menandinginya, itu sangat jauh terjangkau. 

Baiklah, itu mereka dengan masalah orang(ter)tua mulai gila. Aku pun mulai tertawa-tawa sendiri, tersadar bahwasanya Tuhan punya selera humor yang tinggi.

NB : #ceritasingkat ini di muat oleh @wiwinwfy dan @anzimatta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar